aku dan iklan

Tiga semester berlalu dan sekarang semester empat sedang berjalan. Coba aku flash back kebelakang (iya lah, back itu belakang bukan kedepan). Masih ingat ketika kamu memilih jurusan di UNS? Ya aku masih sangat mengingatnya, satu IT dan dua PERIKLANAN. Dengan pertimbangan karena aku suka bikin kata-kata yang menjual ( meski kusadari belakangan kata2 itu SAMPAH banget) tapi itulah yang menjadi modal mengapa aku memilih jurusan ini, ya karena aku suka menulis kalimat iklan yang SAMPAH itu. Sekian hari berlalu, baiklah mari percepat saja karena sesungguhnya aku tak ingin menceritakan kronologi ini. paragraf satu ini hanyalah pembuka. Aku diterima di pilihan yang kedua. Masa ospek tiba, dan aku sempat bertanya pada teman baruku namanya Nia, meski sebenarnya bukan aku yang bertanya dahulu, dia yang membuka pertanyaan. Beginlah tanyanya “jurusan periklanan tu NGAPAIN sih”. Dengan jujur dan polos kujawab “TIDAK TAHU”. ya, tibae ora aku tok seng buta iklan tapi ono kancane, batinku waktu itu.
Aku aku sedang dalam zona ‘ketidaktahuan’ tentang jurusan yang akan menentukan masa depanku. aku tak memikirkan apa2 karena daripada tidak kuliah tidak jelas, kuterima saja apa yang ada ditanganku kini. Dengan kebutaan yang benar2 buta, kumencoba meraba dan mencari jati diri, menentukan arah kepada siapa aku mengabdi.

mendung

sudah ku bilang kan?
mendung tak berarti hujan
tapi kau tak percaya
dan cepat-cepat pulang
padahal aku belum sempat mengucapkan selamat sore
padahal aku masih ingin menikmati udara bermahkotakan mendung ini
padahal aku ingin mendengar cerita tentang anjing-anjing piaraanmu

sudah ku bilang kan?
mendung tak berarti hujan
toh nyatanya benar
langit tak ingin menangis sore ini
karena sesungguhnya
ia sedang bahagia
lalu mengapa kau tak percaya dan cepat-cepat pulang?


Surakarta, 28 Oktober 2013

Tempe Terkena Globalisasi

Naiknya harga kedelai akhir-akhir ini menjadi berita panas yang mencuat ke permukaan. Tempe yang biasa kita makan dan menjadi menu harian kita akhirnya menyulitkan semua produsen pembuat tempe, tapi menguntung para impor kedelai. Di sinilah kita melihat dampak globalisasi yang menimpa rakyat Indonesia terutama yang setiap hari karena alasan kemelaratan ekonomi harus makan tahu-tempe hampir setiap hari. Globalisasi menggembosi perut rakyat miskin.  

Pada hampir semua surat kabar, kita membaca bahwa Senin (9/9) terjadi aksi mogok produksi yang dilakukan oleh produsen tempe di beberapa kota besar di indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Magelang, Bengkulu, Kendal, dan Sukoharjo. Aksi mogok ini merupakan bentuk protes mereka kepada pemerintah terkait naiknya harga bahan baku kedelai.

Aldeiro dan Almitra

Malam ini cerah, sangat cerah. Gemerlap Bintang terlalu indah di langit gelap nan luas. Tiba-tiba sebuah kapal besar bersandar di pelabuhan dan seseorang turun dari kapal.
Berkatalah Aldeiro kepada Almitra "oh Almitra, kemana sajakah kau selama ini?
Telah ku arungi samudra ini dan kusinggahi dermaga-dermaga untuk menemukanmu, tapi tak satupun yang memberi petunjuk tentang keberadaanmu"
Almitra menjawab "aku menunggu mu saja Aldeiro, tiada tempat lain yang kutempati. Disinilah aku, menunggumu datang"
"Almitra, rupanya sudah terlalu lama kau menungguku? maafkanlah aku yang membuatmu lelah karena menungguku saja"
" tak apalah Aldeiro, telah tertulis akan takdirku untuk menunggu. Tahukah kau Aldeiro, setiap pagi aku pergi ke pesisir ini untuk melihat, apakah kapalmu akan bersandar di dermaga itu. Ribuan kapal telah berhenti, namun bukan mereka yang ku nanti. Telah banyak daun berguguran tanpa mempedulikan kepiluan yang kurasakan. Seiring sang angin membawa awan pergi, iapun menyampaikan pesan yang kau kirim untukku. Aku tetap menunggumu Aldeiro"

Kerinduan

Kau tlah memilih jalanmu
Kau tlah berjalan sejauh ini
Terkadang kau menoleh ke belakang sejenak
Mengingat hari dimana semua terasa manis
Namun kesadaranmu kembali mengusik
Dan membangunkanmu dari lamunan

Kembali di hari ini
Hidup yang kau jalani
Kembali di hari ini
Masa depan yang kau pilih
Kembali di hari ini
Kan terukir segala harapanmu

Hari biarlah berlalu
Masalalu hanyalah kenangan
Manispun hanya kan menjadi cerita

Lewat Senja

Seandainya hari belum sore
Aku pasti lebih lama disana
Tuk sekedar melepas kerinduan

Jika tempat itu tak terlampau jauh bagiku
Rindu ini pasti tersaur sebelum senja

Apabila hari esok datang lagi
Tak akan ku ulangi hari kemarin
Yang melewatkanmu hingga matari hampir tenggelam

Jika waktu beri aku kesempatan
Takkan ku tunda lebih lama lagi
Tuk menyambutmu sebelum fajar
Keluar dari istirahatnya

Ingin ku ceritakan semua isi hatiku
Segala yang ku pendam selama ini
Air mata membasahi pipi
Bersama hujan menjadi bukti
Hati ini takkan berlari sejauh ragaku

Ragaku gontai menahan perihnya hati
Tak ada yang mampu memahami
Hanya hujan yang mengerti
Dinginnya jiwaku ini

Jeritan hati semakin menusuk sukma
Kenyataan pahit sukar diterima
Sendiri termangu mencoba pahami
Arti takdir ini.....

Niken & Wahyu

Langkah

Tak menyalahkan siapapun
Karena tak ada yang salah
Akan keadaan ini
Pergilah semaumu
Telusuri jalan yang tak berujung
Hingga kau temukan
Yang kau cari di setiap perjalanan
Terlukiskan di atas kanvas
Indah luntur seirama bersama hujan
Tatap kubangan aku bercermin
Kudapati bayangan jiwa

Bertambahnya usia berkurangnya umur
Bertambah anugrah berkurangnya nikmat
Semakin jauh masa lalu semakin dekat masa depan
Semakin jauh kelahiran semakin dekat kematian

Bosan

Bosan aku dengan malam yang seperti ini
Tanpa kesibukan
Bosan aku dengan hari yang seperti ini
Itu lagi, ini lagi
Tanpa warna, suram
Bosan aku dengan hidup yang seperti ini
Tanpa guna tanpa rasa
Bosan aku dengan dunia ini
Disana lagi disini lagi
Sempitnya

Adakah yang menyenangkan???
Adakah yang dapat hibur hati ini???
Akankah risau ini pergi sejauh angin membawa awan???

08/03/12

Sepi

Suara jangkrik menemani malamku
Bersahutan layaknya suatu konser
Entah sudah malam yang keberapa
Sejak ku injakan kaki disini
Lama sudah,
Tanpa teman tanpa keramaian
Angin sejuk turut menyentuh hatiku yang sepi
Sepoi-sepoi mengayunkan rambutku
Kurasa dingin ini sedingin jiwaku
Langit memerah matahari belum tenggelam sepenuhnya
Tanpa bintang seperti aku yang tanpa teman
Sunyi ku tatap sepi sendiri

Saksi Mata Itu Datang Tanpa Mata

Yang kesepian boleh mampir. Ketika membaca kamu akan tertawa, setelah membaca kamu akan gelengkan kepala, dan jika sudah membaca bukunya kamu akan tau rahasia.
Sebuah cerita pendek lucu + simple + tapi mengandung pesan sosial. Ditulis berdasarkan sejarah, yang akan dapat dipahami jika telah membaca buku Trilogi Insiden hingga habis.
Kalimat pertamanya menarik menggoda untuk membaca sampai tamat. Baca saja cerita pendek yang satu ini.......
Saksi mata itu datang tanpa mata.
Ia berjalan tertatih-tatih ditengah ruang pengadilan dengan tangan meraba-raba udara.
Dari lubang pada bekas tempat kedua matanya mengucur darah yang begitu merah bagaikan tiada warna merah yang lebih merah dari merahnya darah yang mengucur perlahan-lahan dan terus menerus dari lubang mata itu.

Lirik Canggung Sheila on 7

Melupakan tak akan mudah
Walau kau telah yakin merelakan
Lihat nanti lihat sendiri
Sampai waktu yang ditentukan datang
Saat bertemu lagi yang telah hilang

Tahukah betapa canggungnya tingkahku
Kau beriku lagi senyuman mautmu
Kau masih sama cantik seperti dulu
Seperti dulu
Menyapamu di keramaian
Bersikap semua terkendalikan
Atur nafas atur irama
Dan memberimu sedikit senyuman
Seandainya bisa aku katakan

Tahukah betapa canggungnya tingkahku
Kau beriku lagi senyuman mautmu
Kau masih sama cantik seperti dulu
Seperti dulu

Melanjutkan langkah yang terhenti olehmu
Jiwaku terpikat tapi tak kuhiraukan

Tahukah betapa canggungnya tingkahku
Kau beri ku lagi senyuman mautmu
Kau masih sama cantik seperti dulu
Seperti dulu

Aku tak mau tahu perasaanmu
Karna tak merubah kagumku padamu
Akan kuakhiri saja lagu ini
Lagu ini.

lanturan tapi relevan


Eh Ger, (blogGER... GER ya GER... blogGER *panggilan) aku mau cerita sama lu ni..
Oh ya,, cerita apa?, ah paling curhatan galau lu lagi Ken
Eeeh, bukaaaaan.... cerita galaunya kehabisan cerita.
Terus apaan??
Siniiii, dengerin....
Rabu kemarin seusai ujian aku bergegas meninggalkan FISIP untuk ke perpustakaan pusat, hal yang mendorongku kesana adalah rasa penasaran. Aku tak percaya pada temanku yang mengatakan bahwa buku Budiman Hakim yang judulnya LANTURAN TAPI RELEVAN ada disana. Buku yang sudah lama kuincar terdeteksi keberadaannya, apalagi tempat itu adalah perpustakaan pusat, gratis pinjemnya, asiiiikkk....
Ah, dasar. Dari jaman jahiliah  jilid I sampe jilid II sama aja lu, sukanya gratisan
Iya lah, kalo ada yang gratis ngapain pilih yang bayar. Yuk lanjut. Setelah kutemukan buku itu tanpa pikir panjang aku membawanya pulang, kubuka lembar demi lembar, kutelusuri hufuf demi hufuf, kata demi kata, kalimat demi kalimat dan paragraf demi paragraf. buku berhalaman 223 ini menunjukan salah satu cara penggalian ide Ger.

Tumis kangkung pun punya cerita

"kalau motongin kangkung jangan pakai pisau tapi pakai tangan saja"
"memangnya kenapa, ti?"
"lebih sedap kalau pakai tangan"
"kok bisa"
"ya gak tau"
nenek mengajariku cara memotong kangkung.
"terus bawang putih sedikit saja, kalau banyak bisa pahit"
Aku menurut saja kata nenek yang memang jago memasak.

hujan

Telah banyak orang memperbincangkanmu
Tak jarang diantara mereka
Yang mengistimewakanmu
Kau dapat membuat mereka
Tenggelam dalam kenangan lalu
Kehadiranmu terkadang dinanti
Tapi diwaktu yg lain
Mereka tak menginginkanmu
Dia pernah berkata 'kau selalu romantis jika datang'
Akupun berujar 'kau membuatku tiba-tiba dingin'
Jika yang satu memujamu, dan menganggap sebagai berkah
Yang lain memakimu dan menamaimu musibah
Biarlah mereka memperdebatkanmu
Aku tak turut meramaikannya
Karena telah cukup aku rasakan
Hadirmu membuatku dingin

Minggu : hari yang ku nanti

Hari minggu, adalah hari yang paling kunanti. Why???
Karena koran kompasku datang.
Ada satu rubrik yang paling kusuka di koran ini, it's foto pekan ini. Maklum aja aku lagi belajar tentang fotografi. Foto-foto di koran ini rencananya mau ku bikin kliping.
Yah, liburan kurang kerjaan daripada nytatus sampah di facebook atau twitter gak jelas, kan mending bikin sesuatu yg lebih bermanfaat. :)
Sejak kapan kepikiran bikin kliping ken? Apa gara2 redpel majalah yg juga bikin gituan terus kamu jadi ikut-ikutan? Hehehe, gak tau ya kenapa kok kita lagi ngerjain hal yg sama, mungkin lagi sehati kali ya? Ups.. :-P
Gak gitu kok, aku berinisiatif buat bikin kliping karena aku butuh referensi foto2 jurnalistik. Selama ini yang kutahu referensi itu minim banget. Kebanyakan buku yang ada di toko buku nyediain buku yang bahas teknik motret. Untuk prakteknya, jarang yg bahas, apalagi foto jurnalistik. So, dari situlah aku berinisiatif buat bikin kliping, karena yg kutahu selama ini, foto2 di koran kompas itu bagus baik dari segi angle maupun dari segi komposisi. Semoga berguna untukku dan untuk teman2 yang lain.

sepenggal kisah dari persimpangan


Hanya dari mereka yang ikhlas memberi, pada jalan yang silih berganti dilewati para pengguna, ia menghidupi hidupnya dan keluarga.




Suara peluit bercampur dengan bisingnya suara kendaraan yang berlalu-lalang menjadi latar musik pekerjannya setiap hari. Bukan polisi bukan pula tukang parkir yang tengah berada dipersimpangan Jalan  Yosodipuro, Solo. Adalah Harianto (46) seorang lelaki yang berprofesi sebagai Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas (Supeltas). Sang raja siang memang belum sepenuhnya menyinari bumi, tetapi lelaki ini terlihat sangat sibuk ditengah hiruk pikuknya jalan. Setiap hari bapak beranak dua ini berangkat pukul 06.30 hingga pukul 15.00. Sepeda motor menjadi kendaraan yang setia mengantarkannya dari rumah hingga tempat mengais rezeki.
Dengan ikhlas ia tekuni profesi ini, dengan ikhlas pula ia memperoleh helai demi helai rupiah dari pengguna jalan. Jika jalan ramai uang yang ia peroleh mencapai Rp 30.000 sehari namun jika sepi uang Rp 70.000 yang ia bawa pulang.  Banyak tidaknya uang yang ia peroleh tergantung dari ramai tidaknya jalan, dihari Jumat dan Sabtu adalah saat dimana jalanan sangat padat oleh mereka yang sibuk menuju tujuan masing-masing. 

incest: pernikahan sedarah dua bayi kembar


Judul novel         : Incest
Pengarang          : I Wayan Artika
Tahun Terbit       : 2008
Penerbit             : Interpre Book
Tebal                 : 268 halaman

Incest diartikan sebagai perkawinan antarsaudara sedarah. Incest dalam novel ini tak jauh dari arti sebenarnya, menceritakan tentang seorang bayi yang terlahir buncing atau kembar laki-laki dan perempuan. Ialah Putu Geo Antara dan Gek Bulan Armani, bayi kembar buncing dari pasangan Nyoman Sika dan Ketut Artini.
Dalam adat Bali, bayi yang terlahir buncing dianggap sebagai pembawa aib desa. Ada hukuman untuk pasangan suami istri yang melahirkan bayi buncing yaitu mereka harus menjalani proses pembuangan selama 42 hari dan melaksanakan malik sumpah. Tak hanya itu, ada proses yang lebih menyakitkan yaitu kedua bayi tersebut harus dipisahkan satu sama lain dan ketika mereka dewasa keduanya harus dinikahkan.
Selama kedua bayi tersebut dipisahkan hingga dewasa, tak ada orang yang boleh membocorkan rahasia ini, adat sangat dipatuhi hingga tak seorangpun yang berani memberi tahu  siapa sebenarnya dan apa hubungan antara Geo dan Bulan. Ada hukuman semacam kutukan yang diberikan kepada mereka yang membocorkan rahasia ini. Jelungkap, desa yang mejadi latar cerita dalam novel ini merupakan saksi mati rahasia besar terus menyaksikan apa yang terjadi hanya dalam diam dan kebisuan.
Niken Ayu. Diberdayakan oleh Blogger.