aku dan iklan
mendung
mendung tak berarti hujan
tapi kau tak percaya
dan cepat-cepat pulang
padahal aku belum sempat mengucapkan selamat sore
padahal aku masih ingin menikmati udara bermahkotakan mendung ini
padahal aku ingin mendengar cerita tentang anjing-anjing piaraanmu
sudah ku bilang kan?
mendung tak berarti hujan
toh nyatanya benar
langit tak ingin menangis sore ini
karena sesungguhnya
ia sedang bahagia
lalu mengapa kau tak percaya dan cepat-cepat pulang?
Surakarta, 28 Oktober 2013
Tempe Terkena Globalisasi
Aldeiro dan Almitra
Berkatalah Aldeiro kepada Almitra "oh Almitra, kemana sajakah kau selama ini?
Telah ku arungi samudra ini dan kusinggahi dermaga-dermaga untuk menemukanmu, tapi tak satupun yang memberi petunjuk tentang keberadaanmu"
Almitra menjawab "aku menunggu mu saja Aldeiro, tiada tempat lain yang kutempati. Disinilah aku, menunggumu datang"
"Almitra, rupanya sudah terlalu lama kau menungguku? maafkanlah aku yang membuatmu lelah karena menungguku saja"
" tak apalah Aldeiro, telah tertulis akan takdirku untuk menunggu. Tahukah kau Aldeiro, setiap pagi aku pergi ke pesisir ini untuk melihat, apakah kapalmu akan bersandar di dermaga itu. Ribuan kapal telah berhenti, namun bukan mereka yang ku nanti. Telah banyak daun berguguran tanpa mempedulikan kepiluan yang kurasakan. Seiring sang angin membawa awan pergi, iapun menyampaikan pesan yang kau kirim untukku. Aku tetap menunggumu Aldeiro"
Kerinduan
Kau tlah memilih jalanmu
Kau tlah berjalan sejauh ini
Terkadang kau menoleh ke belakang sejenak
Mengingat hari dimana semua terasa manis
Namun kesadaranmu kembali mengusik
Dan membangunkanmu dari lamunan
Kembali di hari ini
Hidup yang kau jalani
Kembali di hari ini
Masa depan yang kau pilih
Kembali di hari ini
Kan terukir segala harapanmu
Hari biarlah berlalu
Masalalu hanyalah kenangan
Manispun hanya kan menjadi cerita
Lewat Senja
Seandainya hari belum sore
Aku pasti lebih lama disana
Tuk sekedar melepas kerinduan
Jika tempat itu tak terlampau jauh bagiku
Rindu ini pasti tersaur sebelum senja
Apabila hari esok datang lagi
Tak akan ku ulangi hari kemarin
Yang melewatkanmu hingga matari hampir tenggelam
Jika waktu beri aku kesempatan
Takkan ku tunda lebih lama lagi
Tuk menyambutmu sebelum fajar
Keluar dari istirahatnya
Ingin ku ceritakan semua isi hatiku
Segala yang ku pendam selama ini
Air mata membasahi pipi
Bersama hujan menjadi bukti
Hati ini takkan berlari sejauh ragaku
Ragaku gontai menahan perihnya hati
Tak ada yang mampu memahami
Hanya hujan yang mengerti
Dinginnya jiwaku ini
Jeritan hati semakin menusuk sukma
Kenyataan pahit sukar diterima
Sendiri termangu mencoba pahami
Arti takdir ini.....
Niken & Wahyu
Langkah
Tak menyalahkan siapapun
Karena tak ada yang salah
Akan keadaan ini
Pergilah semaumu
Telusuri jalan yang tak berujung
Hingga kau temukan
Yang kau cari di setiap perjalanan
Terlukiskan di atas kanvas
Indah luntur seirama bersama hujan
Tatap kubangan aku bercermin
Kudapati bayangan jiwa
Bertambahnya usia berkurangnya umur
Bertambah anugrah berkurangnya nikmat
Semakin jauh masa lalu semakin dekat masa depan
Semakin jauh kelahiran semakin dekat kematian
Bosan
Bosan aku dengan malam yang seperti ini
Tanpa kesibukan
Bosan aku dengan hari yang seperti ini
Itu lagi, ini lagi
Tanpa warna, suram
Bosan aku dengan hidup yang seperti ini
Tanpa guna tanpa rasa
Bosan aku dengan dunia ini
Disana lagi disini lagi
Sempitnya
Adakah yang menyenangkan???
Adakah yang dapat hibur hati ini???
Akankah risau ini pergi sejauh angin membawa awan???
08/03/12
Sepi
Suara jangkrik menemani malamku
Bersahutan layaknya suatu konser
Entah sudah malam yang keberapa
Sejak ku injakan kaki disini
Lama sudah,
Tanpa teman tanpa keramaian
Angin sejuk turut menyentuh hatiku yang sepi
Sepoi-sepoi mengayunkan rambutku
Kurasa dingin ini sedingin jiwaku
Langit memerah matahari belum tenggelam sepenuhnya
Tanpa bintang seperti aku yang tanpa teman
Sunyi ku tatap sepi sendiri
Saksi Mata Itu Datang Tanpa Mata
Sebuah cerita pendek lucu + simple + tapi mengandung pesan sosial. Ditulis berdasarkan sejarah, yang akan dapat dipahami jika telah membaca buku Trilogi Insiden hingga habis.
Kalimat pertamanya menarik menggoda untuk membaca sampai tamat. Baca saja cerita pendek yang satu ini.......
Saksi mata itu datang tanpa mata.
Ia berjalan tertatih-tatih ditengah ruang pengadilan dengan tangan meraba-raba udara.
Dari lubang pada bekas tempat kedua matanya mengucur darah yang begitu merah bagaikan tiada warna merah yang lebih merah dari merahnya darah yang mengucur perlahan-lahan dan terus menerus dari lubang mata itu.
Lirik Canggung Sheila on 7
Walau kau telah yakin merelakan
Lihat nanti lihat sendiri
Sampai waktu yang ditentukan datang
Saat bertemu lagi yang telah hilang
Tahukah betapa canggungnya tingkahku
Kau beriku lagi senyuman mautmu
Kau masih sama cantik seperti dulu
Seperti dulu
Menyapamu di keramaian
Bersikap semua terkendalikan
Atur nafas atur irama
Dan memberimu sedikit senyuman
Seandainya bisa aku katakan
Tahukah betapa canggungnya tingkahku
Kau beriku lagi senyuman mautmu
Kau masih sama cantik seperti dulu
Seperti dulu
Melanjutkan langkah yang terhenti olehmu
Jiwaku terpikat tapi tak kuhiraukan
Tahukah betapa canggungnya tingkahku
Kau beri ku lagi senyuman mautmu
Kau masih sama cantik seperti dulu
Seperti dulu
Aku tak mau tahu perasaanmu
Karna tak merubah kagumku padamu
Akan kuakhiri saja lagu ini
Lagu ini.
lanturan tapi relevan
Tumis kangkung pun punya cerita
"memangnya kenapa, ti?"
"lebih sedap kalau pakai tangan"
"kok bisa"
"ya gak tau"
nenek mengajariku cara memotong kangkung.
"terus bawang putih sedikit saja, kalau banyak bisa pahit"
Aku menurut saja kata nenek yang memang jago memasak.
hujan
Telah banyak orang memperbincangkanmu
Tak jarang diantara mereka
Yang mengistimewakanmu
Kau dapat membuat mereka
Tenggelam dalam kenangan lalu
Kehadiranmu terkadang dinanti
Tapi diwaktu yg lain
Mereka tak menginginkanmu
Dia pernah berkata 'kau selalu romantis jika datang'
Akupun berujar 'kau membuatku tiba-tiba dingin'
Jika yang satu memujamu, dan menganggap sebagai berkah
Yang lain memakimu dan menamaimu musibah
Biarlah mereka memperdebatkanmu
Aku tak turut meramaikannya
Karena telah cukup aku rasakan
Hadirmu membuatku dingin
Minggu : hari yang ku nanti
Karena koran kompasku datang.
Ada satu rubrik yang paling kusuka di koran ini, it's foto pekan ini. Maklum aja aku lagi belajar tentang fotografi. Foto-foto di koran ini rencananya mau ku bikin kliping.
Yah, liburan kurang kerjaan daripada nytatus sampah di facebook atau twitter gak jelas, kan mending bikin sesuatu yg lebih bermanfaat. :)
Sejak kapan kepikiran bikin kliping ken? Apa gara2 redpel majalah yg juga bikin gituan terus kamu jadi ikut-ikutan? Hehehe, gak tau ya kenapa kok kita lagi ngerjain hal yg sama, mungkin lagi sehati kali ya? Ups.. :-P
Gak gitu kok, aku berinisiatif buat bikin kliping karena aku butuh referensi foto2 jurnalistik. Selama ini yang kutahu referensi itu minim banget. Kebanyakan buku yang ada di toko buku nyediain buku yang bahas teknik motret. Untuk prakteknya, jarang yg bahas, apalagi foto jurnalistik. So, dari situlah aku berinisiatif buat bikin kliping, karena yg kutahu selama ini, foto2 di koran kompas itu bagus baik dari segi angle maupun dari segi komposisi. Semoga berguna untukku dan untuk teman2 yang lain.
sepenggal kisah dari persimpangan
Hanya dari mereka yang ikhlas memberi, pada jalan yang silih berganti dilewati para pengguna, ia menghidupi hidupnya dan keluarga.