sepenggal kisah dari persimpangan


Hanya dari mereka yang ikhlas memberi, pada jalan yang silih berganti dilewati para pengguna, ia menghidupi hidupnya dan keluarga.




Suara peluit bercampur dengan bisingnya suara kendaraan yang berlalu-lalang menjadi latar musik pekerjannya setiap hari. Bukan polisi bukan pula tukang parkir yang tengah berada dipersimpangan Jalan  Yosodipuro, Solo. Adalah Harianto (46) seorang lelaki yang berprofesi sebagai Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas (Supeltas). Sang raja siang memang belum sepenuhnya menyinari bumi, tetapi lelaki ini terlihat sangat sibuk ditengah hiruk pikuknya jalan. Setiap hari bapak beranak dua ini berangkat pukul 06.30 hingga pukul 15.00. Sepeda motor menjadi kendaraan yang setia mengantarkannya dari rumah hingga tempat mengais rezeki.
Dengan ikhlas ia tekuni profesi ini, dengan ikhlas pula ia memperoleh helai demi helai rupiah dari pengguna jalan. Jika jalan ramai uang yang ia peroleh mencapai Rp 30.000 sehari namun jika sepi uang Rp 70.000 yang ia bawa pulang.  Banyak tidaknya uang yang ia peroleh tergantung dari ramai tidaknya jalan, dihari Jumat dan Sabtu adalah saat dimana jalanan sangat padat oleh mereka yang sibuk menuju tujuan masing-masing. 
Profesi yang ia lakoni selama kurang lebih 3,5 tahun ini adalah demi menertibkan lalu lintas dan mengurangi kecelakaan. Ketika ditanyai apa pekerjaan yang ia jalani sebelum menjadi supeltas, lelaki ini dengan santai bercerita bahwa ia dahulu adalah seorang  fotografer. Lebih lanjut ia menceritakan, era digital membuatnya behenti dari pekerjaan. “ order juga semakin sepi mbak, sekarang mainnya digital bukan pakai film”.
Mungkin tak banyak orang yang menyadari betapa pentingnya jasa pengatur lalu lintas, mengingat hari demi hari jalanan semakin padat dan semrawut oleh kendaraan. Jika tak ada Supeltas, bukan suatu kemustahilan angka kecelakaan akan meningkat.
Harianto memang bukan satu-satunya orang yang menumpukan hidupnya pada jalanan, ia bukan pula satu-satunya lelaki yang bertarung dengan kerasnya kehidupan. Namun keikhlasannya adalah suatu pelajaran yang dapat dipelajari agar lebih bermanfaat untuk hidup.


tulisan ini diterbitkan di buletin 36 civitas LPM Kentingan UNS/2013


0 komentar:

Posting Komentar

Niken Ayu. Diberdayakan oleh Blogger.