Telah lama kunantikan saat-saat seperti ini, bisa menonton konser Sheila on 7 lagi. Mengingat sudah sekitar dua kali aku membatalkan diri untuk menonton konser di Jogja karena masih mengerjakan Tugas Akhir dan akan ujian sidang. Rinduku pada Sheila on 7 terobati pada malam ini, 23 Agustus 2014. Terhitung sudah sekitar empat setengah bulan aku tidak menonton konser. Hatiku semakin puas ketika lagu Bila Kau Tak Di Sampingku dijadikan lagu pembuka, seperti yang kuharapkan.
Seperti biasa aku menonton bersama rombongan Sheilagank Solo Pandawa Lima, pada konser kali ini ada dua belas manusia yang datang diantaranya Joe, Udin, Tari, Budi, Abub, Hanung, Yose, Anto, Arlan, Aji, dan Fatkur. Senang rasanya bisa berkumpul kembali seperti ini, karena memang sudah lama tak dapat merasakannya, lebih-lebih ketika berada di Surabaya, ada rasa kerinduan tersendiri pada saat seperti ini. Ada rasa senang ketika dapat berjumpa dengan orang-orang yang telah lama tak dapat dijumpai. Ah yaa... Aku tak mau terlalu banyak mengomel. Kembalikan saja pada topik, konser Sheila on 7.
Bagiku konser ini adalah yang paling berbeda diantara konser-konser yang lain, karena baru pertama kali ini aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, sebuah band kesayanganku diperlakukan secara tidak adil di kotanya sendiri, Yogyakarta. Bagaimana tidak kukatakan ini tak adil, perlakuan oknum yang kurasa memang tidak memiliki kesopanan sebagaimana mestinya sebagai orang Indonesia, sangat menyakitkan hati. Ketika lagu Pemuja Rahasia akan memasuki bait kedua, salah seorang anggota keamanan naik ke atas panggung dan memberitahukan bahwa jam pertunjukan hampir habis. Demikiankah atitud seorang yang berpendidikan? Dan ketika Duta meminta ia naik ke panggung kembali agar mengulangi apa yang dikatakan tadi, entah dengan alasan apa ia tak jua naik panggung. Sorak sorai suara penonton yang menginginkan konser dilanjutkan mengiringi kalimat demi kalimat yang dilontarkan Duta. Maki-makian dari mereka membuat suasana semakin tegang. Ada perasaan khawatir yang melintas di benakku, takut jika kalau-kalau terjadi kericuhan yang merugikan. Para aparat di kanan panggung pun terlihat siap siaga menghadapi kemingkinan yang terjadi.
Setelah Duta berkata panjang lebar menumpahkan segala isi hatinya, konser dapat dilanjutkan hanya satu lagu. Maka lagu penutup Melompat Lebih Tinggi pun dinyanyikan dengan penuh kekecewaan. Aku dapat rasakan betapa Duta menyanyikan lagu ini dengan setengah hati. Bahkan saat lagu rampung didendangkan, tak seperti biasa ia sampaikan terima kasih dengan panjang lebar kepada penonton, namun tidak untuk malam ini, ia hanya ucapkan sepatah kata “terima kasih” lalu pergi.
Inilah beberapa lagu yang dibawakan pada konser paling tidak membahagiakan ini:
1. Bila Kau Tak Di Sampingku
2. Sahabat Sejati
3. Briliant, Briliant, Briliant
4. Pemuja Rahasia
5. Dan
6. Betapa
7. JAP
8. Melompat Lebih Tinggi
Kita berlari dan teruskan bernyanyi.
Seperti pedih yang telah terobati.
Sebelum waktu memisahkan detikku detikmu.
Seolah benar-benar terjadi lirik dalam lagu Melompat Lebih Tinggi pada malam itu, membuat air muka Duta yang dapat kulihat dengan jelas dari dekat bahwa ia bersedih karena kejadian ini.
Konser pun usai, semua penonton membubarkan diri. Kepulan debu membumbung di udara bersamaan dengan kecewa di hati. Suasana masih terlihat tegang di kanan panggung. Ada suatu hal yang terjadi namun tak dapat kuketahui dengan pasti apa itu. Namun aku masih bersyukur tidak ada keributan, tawuran, anarkis, atau sejenisnya yang terjadi. Semua penonton membubarkan diri dengan sangat tertib. Hati ini terasa lega, salut, dan bangga pada mereka yang masih bisa menjaga keamanan.
Seusai konser, aku dan teman-teman Sheilagank Solo Pandawa Lima pun meninggalkan Jogja. Ada perasaan yang berkecamuk di dalam dada, kecewa sudah pasti tak hanya menjadi rasaku saja, akan tetapi semua penonton yang datang, juga para personil Sheila on 7. Ada perasaan lain yang bersliweran di hati ini. Tiba-tiba aku merindukan suasana menunggui Sheila on 7 di depan hotel hanya untuk berfoto bersama atau meminta tanda tangan. Sangat kusadari hal yang demikian tidak akan pernah terjadi jika aku menyaksikan koser di Yogyakarta, karena sudah jelas mereka tak akan menginap di hotel. Menunggui Sheila on 7 keluar sambil bercengkrama dengan teman-teman Sheilagank itu adalah kesenangan tersendiri. Akan ada banyak hal yang dapat dibagi, karena saat seperti itu hanya dapat terjadi ketika ada konser Sheila on 7. Meski raga sangat lelah energi terkuras untuk berteriak dan berjingkrak, namun kami tak jemu untuk menunggu. Aku rindukan ini malam itu. Dan segala yang telah terjadi, kenangan-kenangan bergentayangan di kepala membuatku terdiam saja.
Waktu sudah menunjukkan pukul 03.00, hari ini selesai, kisah konser selesai. Satu per satu anak Sheilagank Solo Pandawa Lima kembali ke rumah, begitu juga aku. Begitu juga cerita ini yang juga selesai.
Terima kasih sudah membaca, jika ada yang ingin dimuntahkan, di kolom komentarlah tempatnya. *_^
0 komentar:
Posting Komentar